KabarDuri.net — Sedikitnya tujuh orang tewas saat pasukan keamanan Myanmar menembak ke arah para pengunjuk rasa pada Rabu (3/3). Demikian disampaikan paramedis.
Insiden kekerasan ini terjadi setelah junta menyasar belasan jurnalis yang ditangkap, termasuk salah satu fotografer Associated Press dengan dakwaan pidana.
Myanmar dilanda kekacauan sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari dan menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, memicu unjuk rasa masif di seluruh negeri.
Kekerasan pasukan keamanan menuai kecaman dunia internasional. Inggris menyerukan Dewan Keamanan PBB menggelar rapat membahas situasi di Myanmar pada Jumat.
Tapi junta mengabaikan kecaman internasional, meningkatkan kekuatannya untuk menghadapi para pengunjuk rasa pada Rabu ini.
Menurut paramedis yang berbicara kepada AFP melalui telepon, empat orang ditembak mati dalam unjuk rasa di kota di pusat Myanmar. Dua pengunjuk rasa lainnya meninggal di Mandalay.
Salah satu korban di Mandalay ditembak di kepala dan korban lainnya ditembak di dada, menurut seorang dokter yang meminta tak disebutkan namanya. Demikian dilansir Channel News Asia, Rabu (3/3).
Unjuk rasa di pusat kota Myingyan juga berujung ricuh saat pasukan keamanan menyerang para pengunjuk rasa yang memakai helm pelindung.
โMereka menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam,โ ujar salah seorang paramedis sukarelawan di TKP kepada AFP, menambahkan sedikitnya 10 orang terluka.
Thet Thet Swe, dari klinik penyelamatan Myingyan mengonfirmasi seorang pria muda ditembak di kepala dan tewas.
โZin Ko Ko Zaw, berusia 20 tahun ditembak di kepala di TKP dan tim saya menangani 17 orang yang terluka,โ ujar salah seorang tim penyelamat kepada AFP.
Dua anggota tim penyelamat di barat laut Monywa mengatakan mereka melihat pasukan keamanan menangkap dua orang.
Pada Rabu, unjuk rasa berlanjut di seluruh Yangon, kota terbesar di Myanmar, di mana para pengunjuk rasa menggunakan ban dan kawat untuk menutup jalan-jalan utama dan memperlambat pergerakan polisi.
Di pinggir kota Pansodan Road, dekat persimpangan Sule pagoda yang terkenal, para pengunjuk rasa menempelkan cetakan wajah pemimpin junta Min Aung Hlaing di tanah – sebuah taktik yang bertujuan untuk memperlambat pasukan keamanan yang akan menghindari berdiri di gambar tersebut.
Di daerah San Chaung, di mana bentrokan meningkat dalam beberapa hari terakhir, gas air mata dan tabung pemadam kebakaran memenuhi jalan-jalan saat polisi anti huru hara menghadapi pengunjuk rasa.
Ada juga pemandangan kacau di Okkalapa Utara – sebuah klinik kesehatan masyarakat sipil mengonfirmasi bahwa 19 orang yang terluka tiba untuk mendapat perawatan medis.
โBeberapa orang terkena peluru karet, beberapa terjatuh dan dipukul. Kami harus memindahkan satu pria ke rumah sakit untuk operasi karena peluru karet mengenai kepalanya. Kami tak punya ahli bedah di sini,โ kata salah seorang pejabat kepada AFP.
Sementara itu di Dawei salah satu dari empat korban tembak yang tewas pada Minggu dikremasi hari ini, Rabu (3/3). Para pelayat membawa karangan bunga dan foto Lwin Lwin Oo (33) diiringi teriakan ratusan pelayat: โKami bersatu, ya begitulah kami untuk mendapatkan demokrasi yang menjadi tujuan kamiโ.
Kekerasan Rabu terjadi setelah para menteri luar negeri ASEAN, termasuk perwakilan junta Wunna Maung Lwin โ menggelar rapat virtual membahas krisis Myanmar. Setelah rapat, Menlu Indonesia, Retno Marsudi mengungkapkan kemarahannya terkait kurangnya kerjasama junta.
Singapura, yang menjadi investor terbesar Myanmar, mengecam pihak berwenang karena menggunakan kekuatan mematikan menghadapi para pengunjuk rasa. PM Singapura, Lee Hsien Loong mengatakan kepada BBC tindakan aparat itu tak dapat diterima.
Sejumlah jurnalis ditangkap
Fotografer AP, Thein Zaw (32) ditangkap pada Sabtu saat meliput unjuk rasa di Yangon. Demikian disampaikan kuasa hukumnya kepada AFP pada Rabu (3/3).
Thein Zaw dan lima jurnalis lainnya didakwa berdasarkan undang-undang karena โmenyebabkan ketakutan, menyebarkan berita palsu atau membuat marah pegawai pemerintah secara langsung atau tidak langsungโ, menurut pengacaranya, Tin Zar Oo.
Junta mengubah undang-undang bulan lalu, untuk meningkatkan hukuman maksimal dari dua tahun menjadi tiga tahun penjara.
โKo Thein Zaw meliput sejalan dengan undang-undang kebebasan pers – dia tidak berunjuk rasa, dia hanya melakukan pekerjaannya,โ jelas Tin Zar Oo, menambahkan keenam jurnalis tersebut ditahan di penjara Insein di Yangon.
Lima jurnalis lainnya berasal dari Myanmar Now, Myanmar Photo Agency, 7Day News, Zee Kwet Online, dan seorang freelancer.
Wakil presiden AP, Ian Philips menyerukan agar Thein Zaw segera dibebaskan.
โJurnalis independen harus diperbolehkan melaporkan berita dengan bebas dan aman tanpa takut akan pembalasan,โ tegasnya.
Menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 1.200 orang telah ditangkap sejak kudeta, dengan sekitar 900 orang masih ditahan atau menghadapi dakwaan.
Tetapi jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi – media yang dikelola pemerintah melaporkan, pada Minggu saja lebih dari 1.300 orang telah ditangkap.
AAPP menyampaikan 34 wartawan termasuk di antara mereka yang ditahan, dengan 15 orang sejauh ini telah dibebaskan.
Penangkapan terbaru terjadi pada Senin, ketika seorang jurnalis Myanmar dari radio Suara Demokratik Burma (DVB) menyiarkan langsung penggerebekan tengah malam di rumahnya.
Rekaman itu – diunggah halaman Facebook DVB – menunjukkan letusan keras di luar gedung apartemennya saat dia memohon kepada pihak berwenang untuk tidak menembak.