KabarDuri, OPINI – Busuk hati, sebuah istilah yang kerap diasosiasikan dengan sikap iri, dengki, dan penuh prasangka buruk, semakin menjadi ancaman dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap ini tidak hanya merusak hubungan antarmanusia, tetapi juga mengikis nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi pondasi dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis.
Dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lingkungan keluarga, pekerjaan, hingga dunia politik, busuk hati sering kali menjadi pemicu konflik yang berujung pada keretakan hubungan. Iri terhadap keberhasilan orang lain, menyebarkan fitnah, atau merasa puas dengan kegagalan sesama adalah cerminan dari hati yang dipenuhi racun.

Sikap ini, bila dibiarkan, akan menular seperti penyakit. Dalam skala kecil, busuk hati bisa menghancurkan hubungan personal. Dalam skala besar, ia bisa memicu perpecahan di masyarakat. Tidak heran jika dalam agama dan budaya, sifat iri dan dengki selalu dianggap sebagai dosa atau aib yang harus dihindari.
Lalu, bagaimana cara mengatasi sifat busuk hati? Pertama, diperlukan kesadaran diri untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kedua, mulailah belajar untuk bersyukur atas apa yang dimiliki dan turut bahagia atas keberhasilan orang lain. Ketiga, bangun komunikasi yang sehat untuk menghindari prasangka buruk.
Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, sudah seharusnya kita menjauhkan diri dari sifat busuk hati. Mari saling mendukung dan membangun lingkungan yang penuh kasih, bukan permusuhan. Karena pada akhirnya, hanya hati yang bersih yang mampu menghadirkan kedamaian sejati.
Pandangan Islam tentang Busuk Hati: Ancaman bagi Iman dan Amal
Dalam Islam, sifat busuk hati seperti iri, dengki, dan kebencian dianggap sebagai dosa besar yang dapat merusak hubungan manusia dengan sesama dan Allah SWT. Sifat ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga menggerogoti hati pelakunya, menjauhkan dari rahmat dan keberkahan.
Allah SWT dengan tegas memperingatkan umat-Nya dalam Al-Qur’an tentang bahaya sifat dengki. Dalam Surah Al-Falaq ayat 5, Allah berfirman:
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
Ayat ini menunjukkan bahwa sifat dengki adalah sumber kejahatan yang dapat membawa kerusakan, baik bagi pelakunya maupun orang lain.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, atau saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa busuk hati bertentangan dengan nilai persaudaraan dan kasih sayang yang diajarkan dalam Islam.
Dalam pandangan Islam, busuk hati juga dapat menghapus amal kebaikan. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa iri hati adalah seperti api yang membakar kayu kering, artinya dengki dapat menghancurkan pahala amal seseorang. Oleh karena itu, menjaga kebersihan hati adalah bagian penting dari iman.
Cara menghindari busuk hati menurut ajaran Islam meliputi:
- Tawakal kepada Allah SWT: Percayalah bahwa rezeki dan takdir setiap manusia telah ditentukan oleh Allah. Iri terhadap orang lain menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketetapan-Nya.
- Meningkatkan keimanan: Perbanyak zikir, shalat, dan membaca Al-Qur’an untuk membersihkan hati dari penyakit batin.
- Memperbanyak doa: Mintalah kepada Allah agar hati dijauhkan dari sifat dengki dan iri.
- Latihan bersyukur: Fokus pada nikmat yang telah diberikan oleh Allah, karena syukur adalah kunci untuk menghindari keluh kesah dan iri hati.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki hati yang bersih, memaafkan kesalahan orang lain, dan senantiasa mendoakan kebaikan. Dengan menghindari sifat busuk hati, seorang Muslim dapat meraih ketenangan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia.*Ramadhan
Dilarang mengambil dan menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin Redaksi.
















