kabarDuri.net — Tersebutlah pituah minang “rancak dilabuah”, yakni sebuah gambaran seorang anak gadis yang rancak dilabuah, berdandan cantik, pakai “lepong setip”, memukau siapa saja yang melihat, sudah cantik berbedak tebal melenggang lenggok sehingga banyak orang terpesona, tapi siapa tahu bagaimana rumahnya?, kamarnya dan dapurnya?
Gadis rancak di labuah rupanya rumah jarang disapu, debu setebal bandul, selimut bangun tidur tidak dilipat sudahlah jarang dicuci baunya apek, dapur jalo tunggu setinggi langit, arang periuk setebal bata, piring kemaren sore betumpuk dengan piring hari ini, kamar mandi kotor, halaman rumah semak jangankan akan menanam bunga ataupun sayur, serai, daun kunyit, usah disebut …rumput liar setinggi lutut didepan rumahnya, senang aja hatinya melenggang lenggok tertawa dengan teman sebaya menunggu rayuan pemuda ditepi jalan.
Begitulah gambaranya sehingga para tetua menasehati anak gadis minang tempo dulu “jan rancak dilabuah sajo kau piak”, rancak dilabuah bukan tidak baik tapi rancak dilabuah dan lebih rancak lagi di rumah.
Rapi keluar dan dirumah harus lebih rapi lagi, karna tugas utama merapikan rumah memang sudah kepiawaian kaum hawa, yang lelaki kebanyakan “tukang kusai” saja yang pandai.
Kalau kita rujuk ajaran Islam, wanita haruslah sopan yang syar’i dan tidak berdandan keluar rumah, padusi minang sebaiknya menyesuaikan penampilan apalagi kepribadian dengan ajaran Islam karna inilah amanat “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”.
Rancak di labuah, juga sebuah kata kiasan yang mengandung arti yang sangat filosofis, mengandung makna kehidupan yang memesankan bahwa sebuah kesuksesan, keindahan dan kemegahan jangan hanya terjebak pada tataran kulit semata, seremonial saja dan polesan tanpan isi bak buah yang harum dan mengkilat indah tapi jikalau dimakan terasa pahit.
Rancak di labuah, juga kata sindiran untuk menasehati berbagai prilaku kehidupan baik pribadi dan juga sebuah institusi, bagi pribadi sudah jelas bahwa kulit dari kekayaan harta berlimpah namun isinya adalah kebahagiaan, kulit dari rumah megah tapi isinya adalah keluarga sakinah, kulitnya bernama gelar kesarjanaan tapi isinya adalah ilmu yang dalam dan bermanfaat untuk orang lain dan sebagainya.
Oleh : Safrudin Nawazir Jambak *
Ketua Fraksi PKS DPRD Agam
Sumber kaba12.com